Studi Kasus Pertempuran Laut Sibolga Tahun 1947 Ditinjau dari Aspek Kepemiimpinan dan Kejuangan Kedua Belah Pihak Serta Manfaatnya bagi TNI Angkatan Laut

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai kepemimpinan dan kejuangan dalam Pertempuran Laut Sibolga tahun 1947 yang menjadi salah satu peristiwa penting dalam sejarah kemaritiman Indonesia pasca-proklamasi kemerdekaan. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kepustakaan. Data diperoleh melalui telaah terhadap berbagai sumber literatur, dokumen sejarah, dan kajian akademik yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pertempuran Laut Sibolga merepresentasikan konflik militer asimetris antara Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) yang baru terbentuk dengan Angkatan Laut Belanda yang memiliki keunggulan teknologi. Kepemimpinan Letnan Oswald Siahaan dan Letnan Arie Poloan mencerminkan penerapan teori kepemimpinan situasional, transformasional, dan militer secara efektif. Keduanya menunjukkan kemampuan adaptif, inspiratif, dan strategis dalam menghadapi keterbatasan sumber daya. Nilai kejuangan yang ditunjukkan, seperti semangat persatuan, pengorbanan tanpa pamrih, dan cinta tanah air, sejalan dengan Spirit of Combat Theory (Clausewitz) dan konsep Pertahanan Rakyat Semesta. Secara hukum, tindakan ALRI memiliki legitimasi berdasarkan Perjanjian Linggarjati, UUD 1945, dan Piagam PBB Pasal 51 tentang hak membela diri. Dengan demikian, peristiwa ini tidak hanya menjadi simbol keberanian militer, tetapi juga wujud kedaulatan nasional yang berlandaskan nilai moral, historis, dan hukum internasional.