Maskulinitas Pascakolonialisme dalam Film (Analisis Wacana Kritis Teun A. Van Dijk pada Film Lewat Djam Malam Tahun 1954)
DOI:
https://doi.org/10.54371/jiip.v8i8.9031Abstract
Film Lewat Djam Malam karya Usmar Ismail sarat dengan muatan nasionalisme, namun tidak berhenti pada wacana kebangsaan semata. Film ini menampilkan pergulatan batin seorang mantan pejuang revolusi, Iskandar, yang terjebak dalam krisis identitas dan eksistensial akibat perubahan dinamika sosial-politik pasca revolusi. Identitas maskulinitas Iskandar, yang semula terbangun di medan perang sebagai simbol kepahlawanan, kehilangan relevansi di era damai yang mulai menuntut stabilitas dan kemapanan sebagai standar maskulinitas baru. Film ini menyoroti konstruksi maskulinitas yang terbentuk selama kolonialisme dan revolusi. Maskulinitas dipengaruhi oleh dalam suatu masyarakat bergantung pada cara pandang yang bervariasi, yang dapat berbeda antar budaya dan periode waktu yang berbeda. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pendekatan historis karena peneliti meneliti peristiwa yang terjadi di masa lalu untuk memahami sebab-akibat yang terjadi dalam konteks sejarah yaitu mendeskripsikan maskulinitas pascakolonialisme yang dikonstruksikan melalui film Lewat Djam Malam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yakni analisis wacana kritis model Teun A. Van Dijk. Van Dijk menyatakan bahwa analisis wacana kritis berfungsi untuk menjabarkan relasi kuasa, dominasi, serta ketimpangan yang diproduksi dalam wacana. Hasil penelitian ini Peneliti menemukan representasi empat jenis maskulinitas, yang terdiri dari maskulinitas hegemonik, maskulinitas komplisit, maskulinitas subordinat, dan maskulinitas marjinal, melalui tokoh-tokoh dalam film Lewat Djam Malam yang terbagi menjadi dua periode yakni masa perang pasca revolusi. menjadi dua periode waktu, yakni Masa Perang dan Pasca Revolusi.