Filsafat Uang: Antara Realitas, Nilai dan Simbol
DOI:
https://doi.org/10.54371/jiip.v8i7.9176Abstract
Artikel hasil studi kepustakaan dengan menggunakan metode analisis isi ini menyajikan pembahasan tentang diskursus filsafat tentang uang untuk melengkapi pembahasan ekonomi. Aristoteles menempatkan uang dalam diskursus mengenai etika politik dan budaya. Secara alamiah orang mengejar uang; tetapi memiliki banyak uang tidak mebuat orang bahagia. Bagi Marx, uang bukan sekedar memfasilitasi perdagangan dan ekonomi pasar melainkan juga menumbuh-kembangkan manusia ekonomi dengan karakteristik nilai tertentu. Uang tidak hanya mengubah dunia benda, dan dunia orang melainkan juga mendeterminasi dunia batin manusia: kepentingannya, cita-citanya, aspirasi-aspirasinya dan bahkan juga kriteria moralnya. Sementara bagi Simmel, uang tidak hanya merupakan sebuah medium dalam sistem pertukaran ekonomi, melainkan sebagai bagian dari interaksi sosial dan budaya kehidupan moden. Bagi Simmel, uang merupakan instrumen dan simbol nilai yang merepresentasikan relasi-relasi abstrak dalam diri manusia sendiri dan juga dengan dunia di luar manusia. Uang merepresentasikan ‘dunia batin’ manusia: kebebasan, otonomi, kerakuasan, dan nilai seseorang. Tetapi, sebagai bagian dari relasi sosial, uang mengekspresikan kepastian kuantitatif, ketakterbatasan kemungkinan tindakan, hasrat material, dan relasi sosial. Sebagai milik sosial, uang merupakan agen reifikasi masyarakat, kuantifikasi rasional nilai produk, dan menyatukan nilai, produk, dan orang dalam relasi sosial yang impersonal. Dalam era ini, uang bukan sekedar lambang dari nilai komoditi melainkan komoditi itu sendiri. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi tidak hanya mengubah substansi dan peran uang melainkan juga cara manusia menghidupi uang: hasrat, keinginan, kekuasaan, kebebasan, dan keuntungan.