Manajemen Dakwah dalam Menanamkan Pemahaman Keagamaan bagi Penganut Animisme di Suku Anak dalam Da’a
DOI:
https://doi.org/10.54371/jiip.v8i10.9480Abstract
Daerah terpencil adalah kawasan pedesaan yang terisolasi dari pusat pertumbuhan daerah atau lainnya akibat tidak memiliki atau kekurangan sarana (infrastruktur) perhubungan, sehingga menghambat pertumbuhan kawasan.Penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode gabungan antara metode kajian pustaka dengan penelitian lapangan. Metode kajian pustaka penulis pilih karena skripsi ini mengkaji sumber-sumber ilmiah yang telah dibukukan oleh para ahli. Adapun penelitian lapangan karena ada objek yang diteliti. Adapun hasil penelitan yang dapat penulis simpulkan adalah keberhasilan Majelis Dzikir Nuruul Khairaat bisa masuk ke Suku Anak Dalam Da’a yang masih dikatakan primitif dan menganut pemahaman Animisme. Animisme adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan yang mula-mula muncul di kalangan manusia primitif. Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini (seperti kawasan tertentu, gua, pohon, atau batu besar), mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar roh tersebut tidak mengganggu manusia, malah mereka dari roh jahat dalam kehidupan seharian mereka.Namun dalam hal ini peneliti mendapati suatu daerah di Bukit Tursina, Kel. Kabonena, Kec. Ulujadi, Kota Palu, Prov. Sulawesi Tengah yang terbukti sangat minim dalam beberapa hal sarana dan prasarana. Diantaranya ialah dalam faktor pendidikan, faktor ekonomi, keagamaan, sarana kesehatan serta perkembangan infrastrukturnya. Sehingga masyarakat yang berada ditempat terpencil tersebut sangat jauh dari kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi.