Analisis Hedging dan Speech Function dalam Pidato Rapat Kabinet 100 Hari Kerja Presiden Prabowo
DOI:
https://doi.org/10.54371/jiip.v8i11.9482Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi linguistik berupa hedging dan speech function dalam pidato Presiden Prabowo pada Rapat Kabinet 100 Hari Kerja. Latar belakang penelitian ini didasarkan pada pentingnya pilihan bahasa dalam komunikasi politik untuk membangun kredibilitas, membentuk persepsi publik, dan memengaruhi respon audiens. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan analisis wacana kritis. Metode utama yang digunakan adalah teknik baca dan catat dari Tracy dengan tahapan transkripsi, klasifikasi, dan analisis data. Tahapan penelitian meliputi: (1) mengunduh dan mentranskripsi video resmi pidato 100 hari Presiden Prabowo, (2) mengklasifikasi ujaran berdasarkan kategori speech function menurut teori Halliday (statement, question, command, offer), (3) mengidentifikasi hedging menggunakan verba judgemental berdasarkan konsep Hyland, dan (4) menganalisis interaksi antara kedua strategi linguistik tersebut. Dari 88 kalimat yang dianalisis, ditemukan 72 kalimat (81,82%) berupa statement, 11 kalimat (12,50%) command, dan 5 kalimat (5,68%) offer, tanpa ditemukan question. Sebanyak 17 verba judgemental (19,32%) ditemukan sebagai bentuk hedging, seperti "saya kira", "mungkin", dan "saya rasakan", yang seluruhnya muncul hanya dalam fungsi statement. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Presiden Prabowo menggunakan hedging terutama untuk menyampaikan subjektivitas dan kehati-hatian dalam pernyataan deklaratif tanpa kehilangan wibawa. Kombinasi strategi speech function dan hedging dalam pidato tersebut mencerminkan gaya kepemimpinan persuasif yang tegas namun tetap inklusif. Temuan ini memberikan kontribusi penting dalam pengembangan teori linguistik dan studi wacana politik, terutama dalam memahami bagaimana bahasa digunakan secara strategis dalam komunikasi kenegaraan.







